explore! Global Food Relief
Di dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang dicanangkan oleh PBB, program ketahanan pangan merupakan tujuan ke-2 setelah program pengentasan kemiskinan.
Data dari Global Report on Food Crises menyatakan bahwa; Di banyak negara, angka krisis pangan dunia di tahun 2021 lebih tinggi dari tahun 2020 sebagai akibat dari dampak konflik atau ketidakamanan yang berkepanjangan dan atau semakin intensif, guncangan ekonomi – termasuk dampak berkelanjutan dari pandemi COVID-19 –, cuaca ekstrem, bencana alam, atau kombinasi dari semuanya. Menurut perkiraan yang dirilis pada 10 September 2021, sekitar 161 juta orang berada dalam kondisi krisis pangan atau bahkan lebih buruk. Mereka tersebar di 42 negara atau wilayah pada tahun 2021. Jumlah ini telah melampaui angka global tahun 2020 sebanyak 155 juta orang di negara-negara tersebut.
Melalui pengkajian dari berbagai sumber, kami mencanangkan program “explore! Global Food Relief” sebagai program utama di tahun ini dengan ragam program turunan sebagai berikut:
- Bantuan Pangan untuk Afrika
Mengambil wilayah Uganda sebagai fokus utama dari program ini, kami mentargetkan untuk bisa berkontribusi menurunkan persentase angka kelaparan di wilayah ini secara terukur dan berkelanjutan. - Gizi untuk Gaza
Tidak bisa dipungkuri, salah satu penyumbang terbesar dari krisis pangan yang terjadi di dunia adalah konflik. Puluhan tahun diblokade oleh zionis Israel menghasilkan krisis pangan bagi penduduk Gaza yang terisolir. Maka, wilayah ini menjadi target kami untuk mengurangi angka dari krisis pangan di wilayah ini. - Kontainer Kemanusiaan, Tepung Roti untuk Suriah
Memasuki tahun ke-11 dari krisis kemanusiaan berkepanjangan di Suriah berdampak besar terhadap banyak sektor. Krisis ini juga merupakan krisis terparah setelah Perang Dunia ke-2. Lebih dari 12 juta rakyat Suriah harus meninggalkan rumah mereka dan mengungsi baik sebagai pengungsi internal maupun menjadi pengungsi di negara-negara tetangga, seperti Turki yang paling banyak menampung pengungsi Suriah. Tentu salah satu dampak terburuk dari krisis ini adalah kelaparan. Program ini menyasar salah satu pabrik roti di wilayah Reyhanli, Turki dengan mensuplai paling sedikit satu kontainer penuh berisi tepung roti untuk diolah menjadi 100.000 roti setiap harinya untuk didistribusikan kepada para pengungsi internal Suriah yang tinggal di kamp-kamp pengungsian di Idlib, Suriah. - Bantuan Pangan untuk Rohingya
Dengan diterbitkannya UU Kewarganegaraan tahun 1982 menjadikan warga Rohingya etnis Bengali yang merupakan kelompok minoritas (4% dari total penduduk Myanmar) tidak diakui kewarganegaraannya. Ini membuat nasib mereka penuh dengan ketidakpastian, bahkan mereka sering mendapatkan perlakuan sadis dari junta militer Myanmar seperti penjarahan, pembakaran hidup-hidup, pengrusakan tempat tinggal dan rumah ibadah, pemerkosaan, dan pembunuhan secara sewenang-wenang melalui Operasi Nagamind tahun 1990. Sejak Agustus 2017, lebih dari 740.000 orang Rohingya telah meninggalkan rumah mereka di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, setelah militer melakukan kekerasan brutal terhadap mereka. Mayoritas dari mereka mengungsi ke negara tetangga, Bangladesh yang hingga saat ini menampung pengungsi Rohingya sebanyak lebih dari 1 juta orang. Dengan bantuan paket makanan pokok untuk mereka, kami harap bisa meningkatkan taraf hidup para pengungsi Rohingya yang tinggal dengan segala keterbatasannya.
Air Bersih untuk Gaza
Jalur Gaza termasuk salah satu wilayah dengan jumlah penduduk terpadat di dunia, dengan air tanah sebagai sumber air utama untuk kegiatan sehari-hari. Dalam beberapa dekade terakhir, kualitas air tanah di Gaza menurun drastis hingga membuat air menjadi tidak cocok untuk dikonsumsi manusia di sebagian besar wilayah Gaza. Lebih dari dua juta orang mengalami penurunan kesehatan karena kekurangan air dan kualitas air yang buruk. Karena alasan inilah, banyak anak-anak yang terjangkit penyakit, keracunan, dan mengalami gagal ginjal. Sebuah studi menunjukkan bahwa ada sebuah peningkatan yang jelas terhadap proporsi nitrat dan garam yang terlarut dalam air di Jalur Gaza.
Kontaminasi air adalah salah satu masalah yang paling menonjol yang dihadapi oleh lebih dari dua juta warga Gaza yang tinggal di wilayah yang sangat kecil di area yang luasnya tidak lebih dari 360 Km2, salah satu daerah dengan jumlah penduduk tertinggi di dunia.
Selain pengepungan terhadap warga Gaza, kemiskinan, dan standar hidup yang sangat rendah di Jalur Gaza, mereka juga menderita masalah utama dengan air, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas, terdapat persentase kontaminasi kimiawi yang tinggi (terutama nitrat) yang sangat berpengaruh buruk pada masyarakat, misalnya saja menyebabkan gagal ginjal atau penyakit lainnya. Belum lagi dari segi kuantitas, rata-rata volume air untuk setiap orang di Jalur Gaza adalah 80 liter per hari dan ini adalah angka yang sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.
Persoalan ini berkaitan juga dengan kurangnya sumber daya air alami di Jalur Gaza di mana orang-orang masih bergantung pada hujan, air bawah tanah, ditambah dengan sedikitnya jumlah sumur yang tersedia di sana. Selain itu, masalah air semakin parah di musim panas karena konsumsi yang meningkat dan pemadaman listrik yang berulang di Jalur Gaza. Hal ini mempengaruhi kinerja sumur yang bergantung pada listrik untuk memompa jumlah air yang dibutuhkan penduduk.
Program ini dirancang untuk meningkatkan taraf hidup penduduk Gaza di tengah krisis kemanusiaan yang berkepanjangan dengan penyediaan sumur air bersih yang layak dikonsumsi secara bertahap dan berkelanjutan.
Sahabat Anak Uyghur
Satu dari sekian banyak persoalan yang muncul sebagai ekses dari penindasan yang dilakukan oleh komunis Cina atas bangsa Uyghur di Xinjiang adalah diaspora mereka (bangsa Uyghur) ke hampir seluruh pelosok dunia untuk menyelamatkan hak mereka sebagai seorang muslim juga untuk mendapatkan kehidupan yang layak, tak terkecuali anak-anak usia sekolah dan pemuda. Kebanyakan dari mereka menjadikan Turki sebagai tujuan akhir diaspora. Sekitar 1.500 pelajar pergi ke Turki untuk alasan keamanan dan mendaftar di universitas-universitas Turki. Namun, beberapa pelajar ini sangat miskin dan membutuhkan perawatan dan dukungan. Yang lain mungkin anak-anak orang kaya, namun tidak memungkinkan untuk mendapat kiriman dari keluarga mereka karena pembatasan ketat yang diberlakukan pada orang-orang Uyghur ini sejak awal tahun 2016.
Satuq Bugra Khan, adalah nama sebuah lembaga di Istanbul, Turki yang namanya diambil dari nama seorang sultan Uyghur pertama yang memeluk islam di abad ke-10 diikuti oleh bangsa Turk-Uyghur yang juga berbondong-bondong memeluk Islam. Lembaga ini memiliki pusat pendidikan untuk anak-anak Uyghur di Istanbul, tepatnya di wilayah Sefakoy. Tempat ini bisa menampung 90 orang siswa tingkat dasar, menengah pertama, dan menengah atas. Beberapa orang di antara mereka merupakan siswa yatim, atau terpisah dari ayah dan keluarga mereka dan harus bertahan hidup senagai seorang pengungsi.
Pembelajaran yang dilakukan di lembaga ini antara lain adalah al-Qur’an, bahasa Arab, akhlak, bahasa Inggris, matematika, dan mata pelajaran lain sesuai dengan kurikulum yang dicanangkan oleh pemerintah Turki.
Dengan membantu membiayai operasional dari lembaga pendidikan ini secara berkelanjutan diharapkan bisa meningkatkan kualitas hidup para pengungsi Uyghur yang ada di Istanbul di masa depan dan menjadikan mereka pribadi-pribadi mandiri yang siap untuk berbaur di tengah masyarakat pada umumnya.
explore! Winter Project
Sejak didirikan di tahun 2018 hingga hari ini setidaknya ada empat pengungsian yang kami kelola; 1. Pengungsi Suriah di perbatasan Turki-Suriah, 2. Pengungsi Uyghur di Turki, 3. Pengungsi internal Palestina di Gaza, dan 4. Pengungsi Rohingya di Bangladesh.
Tiga dari empat wilayah tersebut merupakan wilayah yang setiap tahunnya mendapat giliran siklus musim dingin, yaitu wilayah perbatasan Turki-Suriah, Turki, dan Gaza, Palestina.
Tinggal di kamp pengungsian dengan kondisi serba terbatas ditambah cuaca ekstrim tentu bukan persoalan mudah bagi para pengungsi. Ancaman kematian bukan saja datang dikarenakan kelaparan dan persoalan gizi buruk, misalnya, namun ancaman kematian bisa terjadi dikarenakan cuaca ekstrim yang siap merenggut nyawa siapa saja yang tidak siap dengan perlengkapan dan perbekalan yang cukup.
Untuk itu, setiap tahun semenjak lembaga ini berdiri, kami secara rutin setiap tahunnya telah menyalurkan bantuan musim dingin untuk tiga kelompok pengungsi tersebut di atas; pengungsi Suriah di perbatasan Turki-Suriah, pengungsi Uyghur di Turki, dan pengungsi internal Palestina di Gaza, berupa:
- Paket makanan siap saji
- Pemanas ruangan
- Batu bara
- Selimut
- Pakaian musim dingin
- Sembako
- Dan kebutuhan mendesak lainnya sesuai kebutuhan di lapangan
Dapur Ramadhan Lintas Negeri
Sudah menjadi tradisi sejak didirikannya lembaga ini secara resmi, Explore Humanity telah menjangkau beberapa wilayah di luar Indonesia dalam pendistribusian bantuan kemanusiaan dalam berbagai varian program. Salah satu di antaranya adalah program “Dapur Ramadhan” yang dirancang khusus di bulan Ramadhan untuk membahagiakan saudara-saudara kita di beberapa negara lain yang terdampak krisis berkepanjangan.
Tahun ini, alhamdulillah kami telah menargetkan untuk bisa menjangkau lima wilayah yang akan menerima manfaat langsung dari program ini, di antaranya:
- Gaza, Palestina
- Perbatasan Turki-Suriah
- Kayseri, Turki
- Cox’s Bazar, Bangladesh
- Uganda, Afrika
Kegiatan yang dilakukan di bulan Ramadhan ini mendukung orang-orang yang membutuhkan, fakir dan miskin, melalui tangan orang-orang baik di Indonesia.
Qurban Lintas Negeri
Salah satu program tahunan yang kami rancang dalam bentuk pemotongan hewan qurban di beberapa wilayah di luar Indonesia. Seperti halnya Dapur Ramadhan, program Qurban Lintas Negeri tahun ini juga menargetkan untuk bisa menjangkau lima wilayah yang akan menerima manfaat langsung dari program ini, di antaranya:
- Gaza, Palestina
- Perbatasan Turki-Suriah
- Kayseri, Turki
- Cox’s Bazar, Bangladesh
- Uganda, Afrika
Tanggap Bencana
Program insidental yang hanya dijalankan ketika terjadi bencana alam atau bencana kemanusiaan yang terjadi di dunia internasional.